Burung Pipit

Senin, 23 Januari 2012


Alkisah, di sebuah negeri indah dengan empat musim, tibalah musim kemarau. cuaca kering dan gerah membuat seekor Burung Pipit merasakan tubuhnya kepanasan. Burung pipit ini selalu melihat sekitarnya dengan negatif. Si Burung pipit bertubuh mungil itu lalu mengumpat pada tidak bersahabatnya lingkungan.

Si burung pipit berbulu coklat kemudian memutuskan meninggalkan tempat lahirnya itu. Menurutnya tempat tinggalnya sekarang sudah tidak nyaman lagi. Dia terbang jauh ke utara menuruti cerita dari para binatang lainnya. Di utara katanya udaranya selalu dingin dan sejuk.

Benar saja, semakin jauh dia terbang ke utara pelan pelan dia merasakan udara semakin sejuk. Makin ke utara lagi kesejukan semakin dingin. Burung pipit semakin bersemangat memacu terbangnya lebih ke utara lagi. Salju semakin tebal terlihat memutih di ranting-ranting pohon dan daun.

Terbawa oleh nafsu, sang pipit tak merasakan sayapnya mulai tertempel salju. Terus semakin menebal, sampai akhirnya tubuhnya jatuh ke tanah, warna coklat bulunya berganti putih terbungkus salju. Tergeletak di tanah, si burung pipit tak berdaya dihujani salju menebali sayap dan sekujur tubuhnya. Si Burung pipit merintih menyesali nasibnya.

Seekor Kerbau yang kebetulan lewat datang menghampirinya karena mendengar rintihan lemas. Anehnya si pipit kecewa mengapa yang datang hanya seekor Kerbau. Ddia menghardik si Kerbau agar menjauh, dan mengatakan bahwa makhluk bodoh dan dungu tak mungkin mampu berbuat sesuatu untuk menolongnya.

Si Kerbau tidak banyak bicara, dia hanya berdiri, kemudian kencing tepat diatas burung tersebut. Si Burung Pipit semakin marah dan memaki maki si Kerbau. Lagi-lagi Si Kerbau tidak bicara, dia maju satu langkah lagi, lalu berak atas tubuh si burung. Seketika itu si Burung tidak dapat bicara karena tertimbun kotoran kerbau. Si Burung mengira lagi bahwa dia pasti akan mati sesak napas.

Ajaib, perlahan lahan dia merasakan kehangatan, salju yang membeku pada bulunya pelan meleleh oleh hangatnya tahi kerbau. Si burung pipit dapat bernapas lega melihat kembali langit yang mulai cerah. Hujan salju mulai mereda.Si Burung Pipit berteriak kegirangan, bernyanyi keras sepuas puasnya-nya.

Mendengar ada suara burung bernyanyi, seekor anak kucing menghampiri sumber suara. Si anak kucing mengulurkan tangannya, mengais tubuh si pipit, menimangnya, menjilati, mengelus lalu membersihkan sisa-sisa salju yang masih menempel pada bulu si burung.

Begitu bulunya bersih, Si Burung bernyanyi dan menari kegirangan, dia mengira telah mendapatkan teman yang ramah dan baik hati.

Namun apa yang terjadi kemudian, seketika itu juga dunia terasa gelap gulita bagi si Burung, dan tamatlah riwayat si Burung Pipit ditelan oleh si Kucing.



Menemukan Arloji yang Hilang

Sabtu, 14 Januari 2012


Ada seorang tukang kayu. Suatu hari ketika sedang bekerja, secara tak disengaja arlojinya terjatuh dan terbenam di antara tingginya tumpukan serbuk kayu. Arloji itu adalah sebuah hadiah dan telah dipakainya cukup lama. Ia amat mencintai arloji tersebut. Karenanya ia berusaha sedapat mungkin untuk menemukan kembali arlojinya. Sambil mengeluh mempersalahkan keteledoran diri sendiri si tukang kayu itu membongkar tumpukan serbuk yang tinggi itu.
Teman-teman pekerja yang lain juga turut membantu mencarinya. Namun sia-sia saja. Arloji kesayangan itu tetap tak ditemukan. Tibalah saat makan siang. Para pekerja serta pemilik arloji tersebut dengan semangat yang lesu meninggalkan bengkel kayu tersebut.

Saat itu seorang anak yang sejak tadi memperhatikan mereka mencari arloji itu, datang mendekati tumpukan serbuk kayu tersebut. Ia menjongkok dan mencari. Tak berapa lama berselang ia telah menemukan kembali arloji kesayangan si tukang kayu tersebut. Tentu si tukang kayu itu amat gembira. Namun ia juga heran, karena sebelumnya banyak orang telah membongkar tumpukan serbuk namun sia-sia. Tapi anak ini cuma seorang diri saja, dan berhasil menemukan arloji itu.

"Bagaimana caranya engkau mencari arloji ini ?", tanya si tukang kayu.

"Saya hanya duduk secara tenang di lantai. Dalam keheningan itu saya bisa mendengar bunyi tik-tak, tik-tak. Dengan itu saya tahu di mana arloji itu berada", jawab anak itu.

Keheningan adalah pekerjaan rumah yang paling sulit diselesaikan selama hidup. Sering secara tidak sadar kita terjerumus dalam seribu satu macam 'kesibukan dan kegaduhan'. Ada baiknya kita menenangkan diri kita terlebih dahulu sebelum mulai melangkah menghadapi setiap permasalahan. "Segenggam ketenangan lebih baik dari pada dua genggam jerih payah dan usaha menjaring angin."

Rp1.000,00 Vs Rp100.000,00

Kamis, 05 Januari 2012


Konon, uang seribu dan seratus ribu memiliki asal-usul yang sama tapi mengalami nasib yang berbeda.Uang Rp1.000,00 dan Rp100.000,00 sama-sama terbuat dari kertas, sama-sama dicetak dan diedarkan oleh dan dari Bank Indonesia. Pada saat bersamaan mereka keluar dan berpisah dari Bank dan beredar di masyarakat.

Empat bulan kemudian mereka bertemu lagi secara tidak sengaja di dalam dompet seorang pemuda. Kemudian di antara kedua uang tersebut terjadilah percakapan, yg Rp100.000,00 bertanya kepada yang Rp1.000,00, "Kenapa badan kamu begitu lusuh, kotor dan bau amis...? "


Dijawablah oleh yang Rp1.000,00, "Karena aku begitu keluar dari Bank langsung berada di tangan orang-orang bawahan, dari tukang becak, tukang sayur, penjual ikan dan di tangan pengemis."

Lalu Rp1.000,00 bertanya balik kepada Rp100.000,00, "Kenapa kamu kelihatan begitu baru, rapi dan masih bersih? "


Dijawab oleh Rp100.000,00, "Karena begitu aku keluar dari Bank, langsung disambut perempuan cantik dan beredarnya pun di restoran mahal, di mall dan juga hotel-hotel berbintang serta keberadaanku selalu dijaga dan jarang keluar dari dompet."


Lalu Rp1.000,00 bertanya lagi, "Pernahkah engkau mampir di tempat ibadah? "


Dijawablah, "Belum pernah."


Rp1.000,00 pun berkata lagi, "Ketahuilah bahwa walaupun keadaanku seperti ini adanya, setiap Jum'at aku selalu mampir di Masjid-masjid, dan di tangan anak-anak yatim, bahkan aku selalu bersyukur kepada Tuhan. Aku tidak dipandang manusia bukan karena sebuah nilai tapi karena manfaat..."


Akhirnya menangislah uang Rp100.000,00 karena merasa besar, hebat, tinggi tapi tidak begitu bermanfaat selama ini.


Jadi bukan seberapa besar penghasilan Anda, tapi seberapa bermanfaat penghasilan Anda itu. Karena kekayaan bukanlah untuk kesombongan. Semoga kita termasuk golongan orang-orang yg selalu mensyukuri Anugerah dan memberi manfaat untuk semesta alam serta dijauhkan dari sifat sombong.




kamera digital