Pesan Sang Pembuat Pensil

Rabu, 28 Desember 2011


Pembuat pensil meletakkan sebuah pensil di sampingnya, sebelum ia meletakkannya di dalam kotak.

"Ada 5 hal yang perlu kamu ketahui," Ia berkata pada pensil itu, "Sebelum aku mengirim-mu ke dunia. Ingatlah ini dan jangan pernah lupakan, dan kamu akan bisa menjadi pensil yang baik."
"Satu: Kamu akan bisa melakukan banyak hal, tetapi hanya apabila kamu digenggam oleh pemilikmu."
"Dua: Kamu akan mengalami peruncingan yang menyakitkan dari waktu ke waktu, tetapi kamu memerlukannya untuk menjadi pensil yang lebih baik."
"Tiga: Kamu akan dapat membetulkan setiap kesalahan yang kamu buat."
"Empat: Yang paling penting adalah kamu akan selalu menjadi apa yang ada di dalammu."
"Dan lima: Di setiap permukaan kamu digunakan, kamu harus meninggalkan tandamu. Tidak peduli kondisi permukaan itu, kamu harus terus menulis."
Pensil tersebut mengerti dan berjanji untuk mengingatnya, dan ia akhirnya diletakkan di dalam kotak dengan memiliki tujuan di hatinya


Sekarang gantikan pensil itu dengan dirimu. Selalu ingat ini dan jangan pernah lupakan, dan kamu akan menjadi orang orang yang baik.
Satu: Kamu akan bisa melakukan hal-hal besar, tetapi hanya jika kamu mengijinkan kamu digenggam oleh tangan Tuhan.
Dua: Kamu akan mengalami asahan yang menyakitkan dari waktu ke waktu, dengan melalu berbagai masalah di hidup, tetapi kamu membutuhkannya untuk menjadi orang yang lebih baik.
Tiga: Kamu akan dapat memperbaiki setiap kesalahan yang kamu buat.
Empat: Yang paling penting adalah kamu akan selalu menjadi apa yang sudah ada dalam dirimu.
Dan lima: Di setiap permukaan dimana kamu berjalan, kamu harus meninggalkan jejakmu. Tidak peduli apapun situasi yang kamu alami, kamu harus melanjutkan tugasmu.


Biarkan perumpamaan tentang pensil ini membesarkan hatimu bahwa kamu adalah orang yang spesial dan hanya kamulah yang dapat menuntaskan tujuan kamu dilahirkan ke dunia. Jangan pernah ijinkan dirimu menjadi putus asa dan berpikir bahwa hidupmu tak berarti dan tidak dapat membuat sebuah perubahan.

Kisah Pengorbanan Seorang Ibu Terhadap Anak yang Dicintainya

Jumat, 02 Desember 2011


Alkisah di sebuah desa, ada seorang ibu yang sudah tua, hidup berdua dengan anak satu-satunya. Suaminya sudah lama meninggal dunia karena sakit. Sang ibu sering merasa sedih memikirkan anak satu-satunya itu. Anaknya mempunyai tabiat yang sangat buruk, yaitu suka mencuri, berjudi, mengadu ayam dan banyak lagi. Sang Ibu sering menangis meratapi nasibnya yang malang, Namun ia sering berdoa memohon kepada Tuhan : "Tuhan tolong sadarkan anakku yang kusayangi, supaya tidak berbuat dosa lagi. Aku sudah tua dan ingin menyaksikan dia bertobat sebelum aku mati" Namun semakin lama si anak semakin larut dengan perbuatan jahatnya. Sudah sangat sering ia keluar masuk penjara karena kejahatan yang dilakukannya.

Suatu hari ia kembali mencuri di rumah penduduk desa, namun malang dia tertangkap. Kemudian dia dibawa ke hadapan raja untuk diadili dan dijatuhi hukuman pancung. Pengumuman itu diumumkan ke seluruh desa. Hukuman akan dilakukan keesokan hari di depan rakyat desa dan tepat pada saat lonceng berdentang menandakan pukul enam pagi. Berita hukuman itu pun sampai ke telinga si ibu, dia menangis meratapi anak yang dikasihinya dan berdoa berlutut kepada Tuhan : "Tuhan ampuni anak hamba, biarlah hamba yang sudah tua ini yang menanggung dosanya."

Dengan tertatih tatih dia mendatangi raja dan memohon supaya anaknya dibebaskan. Tapi keputusan sudah bulat, anakknya harus menjalani hukuman. Dengan hati hancur, si ibu kembali ke rumah. Tak hentinya dia berdoa supaya anaknya diampuni, dan akhirnya dia tertidur karena kelelahan. Dan dalam mimpinya dia bertemu dengan Tuhan.

Keesokan harinya, ditempat yang sudah ditentukan, rakyat berbondong-bondong menyaksikan hukuman tersebut. Sang algojo sudah bersiap dengan pancungnya dan si anak pun sudah pasrah dengan nasibnya Terbayang di matanya wajah ibunya yang sudah tua, dan tanpa terasa ia menangis menyesali perbuatannya.

Detik-detik yang dinantikan akhirnya tiba. Namun sampai waktu yang ditentukan tiba, lonceng belum juga berdentang. Sudah lewat lima menit dari waktu yang ditentukan dan suasana sudah mulai berisik. Akhirnya petugas yang bertugas membunyikan lonceng datang. Ia mengaku heran karena sudah sejak tadi dia menarik tali lonceng tapi suara dentangnya tidak ada.

Saat mereka semua sedang bingung, tiba-tiba dari tali lonceng itu mengalir darah. Darah itu berasal dari atas tempat di mana lonceng itu diikat. Dengan jantung berdebar seluruh rakyat menantikan saat beberapa orang naik ke atas menyelidiki sumber darah. Tahukah anda apa yang terjadi? Ternyata di dalam lonceng ditemui tubuh si ibu tua dengan kepala hancur berlumuran darah. Dia memeluk bandul di dalam lonceng yang menyebabkan lonceng tidak berbunyi, dan sebagai gantinya, kepalanya yang terbentur di dinding lonceng.

Seluruh orang yang menyaksikan kejadian itu tertunduk dan meneteskan air mata. Sementara si anak meraung raung memeluk tubuh ibunya yang sudah diturunkan. Menyesali dirinya yang selalu menyusahkan ibunya. Ternyata malam sebelumnya si ibu dengan susah payah memanjat ke atas dan mengikat dirinya di lonceng memeluk besi dalam lonceng untuk menghindari hukuman pancung anaknya.

Demikianlah sangat jelas kasih seorang ibu untuk anaknya. Betapapun jahat si anak, ia tetap mengasihi sepenuh hidupnya. Marilah kita mengasihi orang tua kita masing masing selagi kita masih mampu karena mereka adalah sumber kasih Tuhan bagi kita di dunia ini. Sesuatu untuk dijadikan renungan bagi kita, agar kita selalu mencintai sesuatu yang berharga yang tidak bisa dinilai dengan apapun.
kamera digital