Operator Telepon

Rabu, 25 Agustus 2010




Waktu saya masih amat kecil, ayah sudah memiliki telepon di rumah kami. Inilah telepon masa awal, warnanya hitam, di tempelkan di dinding, dan kalau mau menghubungi operator, kita harus memutar sebuah putaran dan minta disambungkan dengan nomor telepon lain. Sang operator akan menghubungkan secara manual.


Dalam waktu singkat, saya menemukan bahwa, kalau putaran di putar, sebuah suara yang ramah, manis, akan berkata : “Operator”. Dan si operator ini maha tahu.


Ia tahu semua nomor telepon orang lain.

Ia tahu nomor telepon restoran, rumah sakit, bahkan nomor telepon toko kue di ujung kota.


Pengalaman pertama dengan sang operator terjadi waktu tidak ada seorangpun dirumah, dan jempol kiri saya terjepit pintu. Saya berputar putar kesakitan dan memasukkan jempol ini kedalam mulut tatkala saya ingat …. Operator!!!


Segera saya putar bidai pemutar dan menanti suaranya.

” Disini operator…”

” Jempol saya kejepit pintu…” kata saya sambil menangis. Kini emosi bisa meluap, karena ada yang mendengarkan.

” Apakah ibumu ada di rumah ? ” tanyanya.

” Tidak ada orang “

” Apakah jempolmu berdarah ?”

” Tidak , cuma warnanya merah, dan sakiiit sekali “

” Bisakah kamu membuka lemari es? ” tanyanya.

” Bisa, naik di bangku. “

” Ambillah sepotong es dan tempelkan pada jempolmu…”


Sejak saat itu saya selalu menelpon operator kalau perlu sesuatu.


Waktu tidak bisa menjawab pertanyaan ilmu bumi, apa nama ibu kota sebuah Negara, tanya tentang matematik. Ia juga menjelaskan bahwa tupai yang saya tangkap untuk dijadikan binatang peliharaan, makannya kacang atau buah.


Suatu hari, burung peliharaan saya mati.

Saya telpon sang operator dan melaporkan berita duka cita ini.


Ia mendengarkan semua keluhan, kemudian mengutarakan kata kata hiburan yang biasa diutarakan orang dewasa untuk anak kecil yang sedang sedih. Tapi rasa belasungkawa saya terlalu besar. Saya tanya : ”Kenapa burung yang pintar menyanyi dan menimbulkan sukacita sekarang tergeletak tidak bergerak di kandangnya ?”


Ia berkata pelan : ”Karena ia sekarang menyanyi di dunia lain…” Kata – kata ini tidak tau bagaimana bisa menenangkan saya.


Lain kali saya telpon dia lagi.

”Disini operator “

”Bagaimana mengeja kata kukuruyuk?”


Kejadian ini berlangsung sampai saya berusia 9 tahun. Kami sekeluarga kemudian pindah kota lain. Saya sangat kehilangan ”Disini operator“


Saya tumbuh jadi remaja, kemudian anak muda, dan kenangan masa kecil selalu saya nikmati. Betapa sabarnya wanita ini. Betapa penuh pengertian dan mau meladeni anak kecil.


Beberapa tahun kemudian, saat jadi mahasiswa, saya studi trip ke kota asal.

Segera sesudah saya tiba, saya menelpon kantor telepon, dan minta bagian operator"
”Disini operator“

Suara yang sama. Ramah tamah yang sama.

Saya tanya : ”Bisa ngga eja kata kukuruyuk“

Hening sebentar. Kemudian ada pertanyaan : “Jempolmu yang kejepit pintu sudah sembuh kan ?”

Saya tertawa. ”Itu Anda…. Wah waktu berlalu begitu cepat ya“

Saya terangkan juga betapa saya berterima kasih untuk semua pembicaraan waktu masih kecil. Saya selalu menikmatinya.
Ia berkata serius : ”Saya yang menikmati pembicaraan dengan mu. Saya selalu menunggu nunggu kau menelpon“


Saya ceritakan bahwa, ia menempati tempat khusus di hati saya. Saya bertanya apa lain kali boleh menelponnya lagi. ”Tentu, nama saya Saly.“


Tiga bulan kemudian saya balik ke kota asal. Telpon operator. Suara yang sangat beda dan asing. Saya minta bicara dengan operator yang namanya Saly.

Suara itu bertanya ”Apa Anda temannya ?”

”Ya teman sangat lama “

”Maaf untuk kabarkan hal ini, Saly beberapa tahun terakhir bekerja paruh waktu karena sakit sakitan. Ia meninggal lima minggu yang lalu…”


Sebelum saya meletakkan telepon, tiba tiba suara itu bertanya : “Maaf, apakah Anda bernama Paul ?”

“Ya “

”Saly meninggalkan sebuah pesan buat Anda. Dia menulisnya di atas sepotong kertas, sebentar ya…..”

Ia kemudian membacakan pesan Saly :

”Bilang pada Paul, bahwa IA SEKARANG MENYANYI DI DUNIA LAIN… Paul akan mengerti kata kata ini….”


Saya meletakkan gagang telepon. Saya tahu apa yang Saly maksudkan.



Ada sebuah pelajaran yang bisa diambil dari kisah tersebut,
"Jangan sekali sekali mengabaikan, bagaimana Anda menyentuh hidup orang lain."

Dua Serigala

Senin, 23 Agustus 2010



Ada 2 ekor serigala di hutan Rimba yaitu Serigala A dan Serigala B. Suatu hari Serigala B menantang Serigala A untuk menangkap seekor Kelinci yang sedang makan wortel, tidak jauh dari tempat mereka berdiri,

“Ayo Serigala A, kamu bisa tidak tangkap kelinci itu?” tanya serigala B. Namun Serigala A tidak menjawab, melainkan dia hanya tersenyum.

Lalu dengan angkuhnya Serigala B berkata lagi, “Menangkap Kelinci seperti itu adalah pekerjaan yang sangat gampang. Akan kutunjukkan padamu. Hahahaha..!!”, dan dengan sigap Serigala B itupun melompat ke arah Kelinci tersebut, dan berlari mengejarnya.

Sedangkan Kelinci yang melihat Serigala itu, langsung lari terbirit-birit ketakutan, tanpa pikir panjang wortel yang masih dikunyahnya di lemparkan ke arah Serigala tersebut,

“DUAAAKK!!” begitu suaranya..

Karena Serigala adalah binatang yang kuat, maka wortel kecil yang mengenai kepalanya tidak terasa sama sekali, Serigala tersebut tetap mengejar Kelinci itu, 1 menit.. 2 menit.. 3 menit… sampai 5 menit..

Serigala itu belum dapat menangkap Kelinci itu, karena Kelinci itu larinya lebih kencang. Serigala itupun kelelahan, dan menghentikan pengejarannya.

Dengan perasaan yang sangat malu, dia menunduk berjalan dan kembali ke temannya Serigala A.

Setelah sampai di tempat serigala A, maka serigala A itupun bertanya, “Bagaimana? Apakah kamu bisa menangkapnya?” tanya Serigala A, lalu Serigala B hanya menggeleng-gelengkan kepalanya yang masih tertunduk.

Serigala A lalu melanjutkan perkataanya : “Kamu tahu, kenapa kamu tidak bisa menangkap Kelinci itu? Kamu kalah, karena kamu tidak serius. Kamu berlari mengejar Kelinci hanya untuk pamer saja, sedangkan Kelinci itu berlari untuk nyawanya.”

Mungkin kita tertawa mendengar cerita ini, betapa bodohnya seekor Serigala yang seharusnya dapat berlari sangat kencang, tetapi tidak dapat menangkap seekor kelinci.

Tapi, kita dapat mengambil pelajaran dari serigala tersebut, untuk orang yang sudah bekerja, mungkin Anda merasa, Anda sangat lelah, Anda capai dengan pekerjaan Anda, Anda merasa bosan, Anda merasa tidak ada kemajuan sama sekali dalam pekerjaan Anda, Itu dikarenakan karena Anda tidak serius dengan pekerjaan Anda. Cobalah pikirkan kembali, apakah tujuan sebenarnya Anda bekerja? Apakah pekerjaan Anda yang sekarang sudah cocok dengan bidang Anda? Terkadang ada orang yang bekerja, karena tuntutan orang tua agar mencari uang sendiri, atau kadang juga ada orang yang bekerja, karena mereka merasa ‘harus’ bekerja untuk membantu orang tua mereka menghidupi keluarganya, atau ada juga orang yang bekerja karena untuk dapat pamer pada teman-temannya, pada sanak saudara, bahwa dia sudah bekerja.

Memang bekerja tidaklah salah, tapi jika pekerjaan itu dilakukan dengan tidak serius atau ‘separuh hati’ maka Anda akan merasa bosan, merasa malas untuk bekerja, tidak ada gairah. Lain halnya jika Anda bekerja, karena Anda benar-benar menyukai pekerjaan tersebut dan sesuai dengan bidang Anda, Anda akan enggan berhenti bekerja untuk beristirahat, setiap pagi Anda akan selalu terbangun dengan wajah yang berseri-seri.

Jadi, apakah tujuan Anda bekerja? Jawaban ada di tangan Anda.
kamera digital