Raja yang Jujur Atau Bodoh

Selasa, 12 Oktober 2010

Ketika china masih terpecah pecah menjadi beberapa kerajaan, perang adalah sesuatu yang tak bisa dihindari, kerajaan besar akan saling berperang untuk menunjukkan kekuasaannya, sementara nasib kerajaan kecil adalah menjadi rebutan kerajaan yang lebih besar dan nasibnya selalu menjadi negara jajahan.

Tapi kerajaan Hu ternyata tidak pernah dijajah oleh kerajaan besar manapaun, padahal kerajaan hu hanyalah sebuah kerajaan kecil yg kekuatan tentaranya minim, dan faktanya kerajaan ini adalah sebuah kerajaan yang makmur dan dipimpin oleh seorang raja yg terkenal sangat jujur.

Kenapa kerajaan Hu aman aman saja…? Karena kerajaan Hu letak geografisnyalah yang melindunginya, kerajaan ini dikelilingi oleh pegunungan tinggi, dan dibatasi oleh sebuah sungai lebar yg beraliran cukup deras. satu satunya jalan masuk ke kerajaan itu adalah melalui sebuah jembatan yg melintas di atas sungai besar.

Hal ini tentu saja menyulitkan kerajaan besar manapun yg hendak menyerang kerajaan Hu, kerajaan besar dengan bala tentara ribuan tentu akan kerepotan jika harus melintasi sungai lebar tersebut apalagi jika melewati jembatan, sebesar apapun tentaranya pasti akan terpecah dan tercerai berai pada saat menyeberang sungai dan akan menjadi sasaran empuk tentara Hu.

Namun ternyata ada saja raja yang nekat mengerahkan pasukannya untuk menyerang kerajaan Hu, raja Zhou mengerahkan tentaranya besar besaran dengan tujuan untuk menjajah kerajaan Hu.
Dan memang sesuai dugaan, sebesar apapun tentara yg dikerahkan, saat menyeberang sungai mereka menjadi tercerai berai karena harus berusaha agar tidak hanyut.

Panglima perang kerajaan Hu yg mengetahui negaranya akan diserang segera menyiapkan pasukannya untuk menghadang pergerakan pasukan Zhou.
Tapi sang panglima terkejut ketika rajanya memberi perintah, :

“Siapkan pasukan, tapi tunggu sampai musuh menyeberang sungai baru kita menyerang.”

“Tapi Tuanku, pasukan kita tak akan sanggup menghadapi pasukan zhou, mereka lebih banyak dan berpengalaman, satu-satunya kesempatan kita adalah menyerang mereka saat sedang menyeberang sungai. Saat itu kekuatan mereka melemah Tuanku”, bantah Sang Panglima.

“Diam kau Panglima…!!!!!! Aku tahu jika kita menyerang mereka saat menyebrang sungai maka kita akan menang, tapi itu adalah perbuatan tidak ksatria dan tidak jujur. Lebih baik kita tunggu mereka menyebrang.”

“Tapi Baginda, kita tak mungkin menang seperti itu.”

”Wahai Panglimaku dengarlah, aku lebih baik kalah dan mati secara ksatria daripada harus menang dengan melawan musuh yang tidak siap…!!!!!”

Dan memang pada akhirnya kerajaan Hu kalah dan menjadi jajahan raja Zhou, sementara raja Hu dihukum mati dengan dipenggal kepalanya tapi tetap mempertahankan prinsip kejujuran yang dia yakini.

Jadi menurut anda, raja yang jujur atau bodoh?

2 Negro Dalam Lift

Sabtu, 02 Oktober 2010


Baru-baru ini di Atlantic City – AS, seorang wanita memenangkan sekeranjang koin dari mesin judi. Kemudian ia bermaksud makan malam bersama suaminya. Namun, sebelum itu ia hendak menurunkan sekeranjang koin tersebut di kamarnya. Maka ia pun menuju lift.

Waktu ia masuk lift sudah ada 2 orang hitam di dalamnya. Salah satunya sangat besar . . . Besaaaarrrr sekali. Wanita itu terpana. Ia berpikir, “Dua orang ini akan merampokku.” Tapi pikirnya lagi, “Jangan menuduh, mereka sepertinya baik dan ramah.”

Tapi rasa rasialnya lebih besar sehingga ketakutan mulai menjalarinya. Ia berdiri sambil memelototi kedua orang tersebut. Dia sangat ketakutan dan malu. Ia berharap keduanya tidak dapat membaca pikirannya, tapi Tuhan, mereka harus tahu yang saya pikirkan!

Untuk menghindari kontak mata, ia berbalik menghadap pintu lift yang mulai tertutup. Sedetik . . . dua detik . . . dan seterusnya. Ketakutannya bertambah! Lift tidak bergerak! Ia makin panik! Ya Tuhan, saya terperangkap dan mereka akan merampok saya. Jantungnya berdebar, keringat dingin mulai bercucuran.

Lalu, salah satu dari mereka berkata, “Hit the floor” (Tekan Lantainya). Saking paniknya, wanita itu tiarap di lantai lift dan membuat koin berhamburan dari keranjangnya. Dia berdoa, ambillah uang saya dan biarkanlah saya hidup.

Beberapa detik berlalu. Kemudian dia mendengar salah seorang berkata dengan sopan, “Bu, kalau Anda mau mengatakan lantai berapa yang Anda tuju, kami akan menekan tombolnya.” Pria tersebut agak sulit untuk mengucapkan kata-katanya karena menahan diri untuk tertawa.

Wanita itu mengangkat kepalanya dan melihat kedua orang tersebut. Merekapun menolong wanita tersebut berdiri. “Tadi saya menyuruh teman saya untuk menekan tombol lift dan bukannya menyuruh Anda untuk tiarap di lantai lift,” kata seorang yang bertubuh sedang.

Ia merapatkan bibirnya berusaha untuk tidak tertawa. Wanita itu berpikir , “Ya Tuhan, betapa malunya saya. Bagaimana saya harus meminta maaf kepada mereka karena saya menyangka mereka akan merampokku.” Mereka bertiga mengumpulkan kembali koin-koin itu ke dalam keranjangnya.

Ketika lift tiba di lantai yang dituju wanita itu, mereka berniat untuk mengantar wanita itu ke kamarnya karena mereka khawatir wanita itu tidak kuat berjalan di sepanjang koridor. Sesampainya di depan pintu kamar, kedua pria itu mengucapkan selamat malam, dan wanita itu mendengar kedua pria itu tertawa sepuas-puasnya sepanjang jalan kembali ke lift.

Wanita itu kemudian berdandan dan menemui suaminya untuk makan malam.

Esok paginya bunga mawar dikirim ke kamar wanita itu, dan di setiap kuntum bunga mawar tersebut terdapat lipatan uang sepuluh dolar.

Pada kartunya tertulis: “Terima kasih atas tawa terbaik yang pernah kita lakukan selama ini.”

Tertanda:
> Eddie Murphy
> Michael Jordan

kamera digital