Lukisan yang Dirusak

Rabu, 22 Desember 2010




Suatu hari ada seorang pelukis terkenal sedang menyelesaikan lukisannya dan lukisan ini adalah lukisan yang sangat bagus. Lukisan ini akan dipakai pada saat pernikahan putri Diana.

Sang pelukis ketika menyelesaikan lukisannya sangat senang dan memandangi lukisan yang berukuran 2×8 m dan sambil memandanginya pelukis tersebut berjalan mundur. dan ketika berjalan mundur pelukis tersebut tidak melihat ke belakang. dia terus berjalan mundur dan dibelakang adalah ujung dari gedung tersebut yang tinggi sekali dan tinggal satu langkah lagi dia mengakhiri hidupnya.

Salah seorang melihat pelukis tersebut dan hendak berteriak untuk memperingatkan pelukis tersebut tapi tidak jadi karena dia berpikir sekali dia berteriak pelukis tersebut malah bisa jatuh. Kemudian orang yang melihat pelukis tersebut mengambil kuas dan cat yang ada didepan lukisan tersebut lalu mencoret-coret lukisan tersebut sampai rusak.

Pelukis tersebut sangatlah marah dan maju hendak memukul orang tersebut. Untunglah beberapa orang yang ada disitu segera menghadang dan memperlihatkan posisi pelukis tadi yang nyaris jatuh. Barulah sang pelukis menyadari kecerobohannya, meminta maaf dan berterima kasih pada orang tersebut.


Kadang-kadang kita telah melukiskan masa depan kita dengan sangat bagus dan memimpikan suatu hari yang indah bersama dengan pasangan yang kita idamkan. tetapi lukisan itu kelihatannya dirusak oleh Tuhan, karena Tuhan melihat bahaya yang ada pada kita kalau kita melangkah. Kadang-kadang kita marah dan jengkel terhadap Tuhan atau juga terhadap pemimpin kita. Tapi perlu kita ketahui Tuhan selalu menyediakan yang terbaik.




Pengrajin Emas dan Kuningan

Jumat, 03 Desember 2010

Di sebuah negeri, hiduplah dua orang pengrajin yang tinggal bersebelahan. Seorang diantaranya, adalah pengrajin emas, sedang yang lainnya pengrajin kuningan. Keduanya telah lama menjalani pekerjaan ini, sebab, ini adalah pekerjaan yang diwariskan secara turun-temurun. Telah banyak pula barang yang dihasilkan dari pekerjaan ini. Cincin, kalung, gelang, dan untaian rantai penghias, adalah beberapa dari hasil kerajinan mereka.

Setiap akhir bulan, mereka membawa hasil pekerjaan ke kota. Hari pasar, demikian mereka biasa menyebut hari itu. Mereka akan berdagang barang-barang logam itu, sekaligus membeli barang-barang keperluan lain selama sebulan. Beruntunglah, pekan depan, akan ada tetamu agung yang datang mengunjungi kota, dan bermaksud memborong barang-barang yang ada disana. Kabar ini tentu membuat mereka senang. Tentu, berita ini akan membuat semua pedagang membuat lebih banyak barang yang akan dijajakan.

Siang-malam, terdengar suara logam yang ditempa. Setiap dentingnya, layaknya nafas hidup bagi mereka. Tungku-tungku api, seakan tak pernah padam. Kayu bakar yang tampak membara, seakan menjadi penyulut semangat keduanya. Percik-percik api yang timbul tak pernah di hiraukan mereka. Keduanya sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Sudah puluhan cincin, kalung, dan untaian rantai penghias yang siap dijual. Hari pasar makin dekat. Dan lusa, adalah waktu yang tepat untuk berangkat ke kota.

Hari pasar telah tiba, dan keduanya pun sampai di kota. Hamparan terpal telah digelar, tanda barang dagangan siap dijajakan. Keduanya pun berjejer berdampingan. Tampaklah, barang-barang logam yang telah dihasilkan. Namun, ah sayang, ada kontras yang mencolok diantara keduanya. Walaupun terbuat dari logam mulia, barang-barang yang dibuat oleh pengrajin emas tampak kusam. Warnanya tak berkilau. Ulir-ulirnya kasar, dengan pokok-pokok simpul rantai yang tak rapi. Seakan, sang pembuatnya adalah seorang yang tergesa-gesa.

“Ah, biar saja,” demikian ucapan yang terlontar saat pengrajin kuningan menanyakan kenapa perhiasaannya kawannya itu tampak kusam. “Setiap orang akan memilih daganganku, sebab, emas selalu lebih baik dari kuningan,” ujar pengrajin emas lagi, “Apalah artinya loyang buatanmu dibanding logam mulia yang kupunya, aku akan membawa uang lebih banyak darimu.” Pengrajin kuningan, hanya tersenyum. Ketekunannya mengasah logam, membuat semuanya tampak lebih bersinar. Ulir-ulirnya halus. Lekuk-lekuk cincin dan gelang buatannya terlihat seperti lingkaran yang tak putus. Liku-liku rantai penghiasnya pun lebih sedap dipandang mata.

Ketekunan, memang sesuatu yang mahal. Hampir semua orang yang lewat, tak menaruh perhatian kepada pengrajin emas. Mereka lebih suka mendatangi, dan melihat-melihat cincin dan kalung kuningan. Begitupun tetamu agung yang berkenan datang. Mereka pun lebih menyukai benda-benda kuningan itu dibandingkan dengan logam mulia. Sebab, emas itu tidaklah cukup mereka tertarik, dan mau membelinya. Sekali lagi, terpampang kekontrasan di hari pasar itu. Pengrajin emas yang tertegun diam, dan pengrajin kuningan yang tersenyum senang.

Hari pasar telah usai, dan para tetamu telah kembali pulang. Kedua pengrajin itu pun telah selesai membereskan dagangan. Dan agaknya, keduanya mendapat pelajaran dari apa yang telah mereka lakukan hari itu.


Hadiah Terindah Dalam Hidup

Rabu, 17 November 2010




1. KEHADIRAN

Kehadiran orang yang dikasihi rasanya adalah kado yg tak ternilai harganya. Memang kita bisa juga hadir di hadapannya lewat surat, telepon, foto atau faks. Namun dengan berada di sampingnya, Anda dan dia dapat berbagi perasaan, perhatian dan kasih sayang secara lebih utuh dan intensif. Dengan demikian, kualitas kehadiran juga penting. Jadikan kehadiran Anda sebagai pembawa kebahagiaan.

2. MENDENGAR
Sedikit orang yang mampu memberikan kado ini. Sebab, kebanyakan orang lebih suka didengarkan, ketimbang mendengarkan sudah lama diketahui bahwa keharmonisan hubungan antar manusia amat ditentukan oleh kesediaan saling mendengarkan. Berikan kado ini untuknya. Dengan mencurahkan perhatian pada segala ucapannya, secara tak langsung kita juga telah menumbuhkan kesabaran dan kerendahan hati. Untuk bisa mendengar dengan baik, pastikan Anda dalam keadaan betul-betul relaks dan bisa menangkap utuh apa yang disampaikan. Tatap wajahnya. Tidak perlu menyela, mengkritik, apalagi menghakimi. Biarkan ia menuntaskannya, ini memudahkan Anda memberikan tanggapan yang tepat setelah itu. Tidak harus berupa diskusi atau penilaian. Sekedar ucapan terima kasihpun akan terdengar manis baginya.

3. DIAM
Seperti kata-kata, didalam diam juga ada kekuatan. Diam bisa dipakai untuk menghukum, mengusir, atau membingungkan orang. Tapi lebih dari segalanya, Diam juga bisa menunjukkan kecintaan kita pada seseorang karena memberinya “ruang”. Terlebih jika sehari-hari kita sudah terbiasa gemar menasihati, mengatur, mengkritik bahkan mengomel.

4. KEBEBASAN
Mencintai seseorang bukan berarti memberi kita hak penuh untuk memiliki atau mengatur kehidupan orang bersangkutan. Bisakah kita mengaku mencintai seseorang jika kita selalu mengekangnya? Memberi kebebasan adalah salah satu perwujudan cinta. Makna kebebasan bukanlah “Kau bebas berbuat semaumu”. Lebih dalam dari itu, memberi kebebasan adalah memberinya kepercayaan penuh untuk bertanggung jawab atas segala hal yang ia putuskan atau lakukan.

5. KEINDAHAN
Siapa yang tak bahagia, jika orang yang disayangi tiba-tiba tampil lebih ganteng atau cantik? Tampil indah dan rupawan juga merupakan kado lho. Bahkan tak salah jika Anda mengkadokannya tiap hari.

6. TANGGAPAN POSITIF
Tanpa sadar, sering kita memberikan penilaian negatif terhadap pikiran, sikap atau tindakan orang yg kita sayangi. Seolah-olah tidak ada yang benar dari dirinya dan kebenaran mutlak hanya pada kita. Kali ini, coba hadiahkan tanggapan positif. Nyatakan dengan jelas dan tulus. Cobalah ingat, berapa kali dalam seminggu terakhir anda mengucapkan terima kasih atas segala hal yang dilakukannya demi Anda. Ingat-ingat pula, pernahkah Anda memujinya. Kedua hal itu, ucapan terima kasih dan pujian ( dan juga permintaan maaf ) adalah kado indah yang sering terlupakan.

7. KESEDIAAN MENGALAH
Tidak semua masalah layak menjadi bahan pertengkaran. Apalagi sampai menjadi cekcok yang hebat. Semestinya Anda pertimbangkan, apa iya sebuah hubungan cinta dikorbankan jadi berantakan hanya gara-gara persoalan itu? Bila Anda memikirkan hal ini, berarti Anda siap memberikan kado “kesediaan mengalah”. Okelah, Anda mungkin kesal atau marah karena dia telat datang memenuhi janji. Tapi kalau kejadiannya baru sekali itu, kenapa musti jadi pemicu pertengkaran yg berlarut-larut? Kesediaan untuk mengalah juga dapat melunturkan sakit hati dan mengajak kita menyadari bahwa tidak ada manusia yg sempurna di dunia ini.

8. SENYUMAN
Percaya atau tidak, kekuatan senyuman amat luar biasa. Senyuman, terlebih yang diberikan dengan tulus, bisa menjadi pencair hubungan yg beku, pemberi semangat dalam keputusasaan, pencerah suasana muram, bahkan obat penenang jiwa yang resah.


Raja yang Jujur Atau Bodoh

Selasa, 12 Oktober 2010

Ketika china masih terpecah pecah menjadi beberapa kerajaan, perang adalah sesuatu yang tak bisa dihindari, kerajaan besar akan saling berperang untuk menunjukkan kekuasaannya, sementara nasib kerajaan kecil adalah menjadi rebutan kerajaan yang lebih besar dan nasibnya selalu menjadi negara jajahan.

Tapi kerajaan Hu ternyata tidak pernah dijajah oleh kerajaan besar manapaun, padahal kerajaan hu hanyalah sebuah kerajaan kecil yg kekuatan tentaranya minim, dan faktanya kerajaan ini adalah sebuah kerajaan yang makmur dan dipimpin oleh seorang raja yg terkenal sangat jujur.

Kenapa kerajaan Hu aman aman saja…? Karena kerajaan Hu letak geografisnyalah yang melindunginya, kerajaan ini dikelilingi oleh pegunungan tinggi, dan dibatasi oleh sebuah sungai lebar yg beraliran cukup deras. satu satunya jalan masuk ke kerajaan itu adalah melalui sebuah jembatan yg melintas di atas sungai besar.

Hal ini tentu saja menyulitkan kerajaan besar manapun yg hendak menyerang kerajaan Hu, kerajaan besar dengan bala tentara ribuan tentu akan kerepotan jika harus melintasi sungai lebar tersebut apalagi jika melewati jembatan, sebesar apapun tentaranya pasti akan terpecah dan tercerai berai pada saat menyeberang sungai dan akan menjadi sasaran empuk tentara Hu.

Namun ternyata ada saja raja yang nekat mengerahkan pasukannya untuk menyerang kerajaan Hu, raja Zhou mengerahkan tentaranya besar besaran dengan tujuan untuk menjajah kerajaan Hu.
Dan memang sesuai dugaan, sebesar apapun tentara yg dikerahkan, saat menyeberang sungai mereka menjadi tercerai berai karena harus berusaha agar tidak hanyut.

Panglima perang kerajaan Hu yg mengetahui negaranya akan diserang segera menyiapkan pasukannya untuk menghadang pergerakan pasukan Zhou.
Tapi sang panglima terkejut ketika rajanya memberi perintah, :

“Siapkan pasukan, tapi tunggu sampai musuh menyeberang sungai baru kita menyerang.”

“Tapi Tuanku, pasukan kita tak akan sanggup menghadapi pasukan zhou, mereka lebih banyak dan berpengalaman, satu-satunya kesempatan kita adalah menyerang mereka saat sedang menyeberang sungai. Saat itu kekuatan mereka melemah Tuanku”, bantah Sang Panglima.

“Diam kau Panglima…!!!!!! Aku tahu jika kita menyerang mereka saat menyebrang sungai maka kita akan menang, tapi itu adalah perbuatan tidak ksatria dan tidak jujur. Lebih baik kita tunggu mereka menyebrang.”

“Tapi Baginda, kita tak mungkin menang seperti itu.”

”Wahai Panglimaku dengarlah, aku lebih baik kalah dan mati secara ksatria daripada harus menang dengan melawan musuh yang tidak siap…!!!!!”

Dan memang pada akhirnya kerajaan Hu kalah dan menjadi jajahan raja Zhou, sementara raja Hu dihukum mati dengan dipenggal kepalanya tapi tetap mempertahankan prinsip kejujuran yang dia yakini.

Jadi menurut anda, raja yang jujur atau bodoh?

2 Negro Dalam Lift

Sabtu, 02 Oktober 2010


Baru-baru ini di Atlantic City – AS, seorang wanita memenangkan sekeranjang koin dari mesin judi. Kemudian ia bermaksud makan malam bersama suaminya. Namun, sebelum itu ia hendak menurunkan sekeranjang koin tersebut di kamarnya. Maka ia pun menuju lift.

Waktu ia masuk lift sudah ada 2 orang hitam di dalamnya. Salah satunya sangat besar . . . Besaaaarrrr sekali. Wanita itu terpana. Ia berpikir, “Dua orang ini akan merampokku.” Tapi pikirnya lagi, “Jangan menuduh, mereka sepertinya baik dan ramah.”

Tapi rasa rasialnya lebih besar sehingga ketakutan mulai menjalarinya. Ia berdiri sambil memelototi kedua orang tersebut. Dia sangat ketakutan dan malu. Ia berharap keduanya tidak dapat membaca pikirannya, tapi Tuhan, mereka harus tahu yang saya pikirkan!

Untuk menghindari kontak mata, ia berbalik menghadap pintu lift yang mulai tertutup. Sedetik . . . dua detik . . . dan seterusnya. Ketakutannya bertambah! Lift tidak bergerak! Ia makin panik! Ya Tuhan, saya terperangkap dan mereka akan merampok saya. Jantungnya berdebar, keringat dingin mulai bercucuran.

Lalu, salah satu dari mereka berkata, “Hit the floor” (Tekan Lantainya). Saking paniknya, wanita itu tiarap di lantai lift dan membuat koin berhamburan dari keranjangnya. Dia berdoa, ambillah uang saya dan biarkanlah saya hidup.

Beberapa detik berlalu. Kemudian dia mendengar salah seorang berkata dengan sopan, “Bu, kalau Anda mau mengatakan lantai berapa yang Anda tuju, kami akan menekan tombolnya.” Pria tersebut agak sulit untuk mengucapkan kata-katanya karena menahan diri untuk tertawa.

Wanita itu mengangkat kepalanya dan melihat kedua orang tersebut. Merekapun menolong wanita tersebut berdiri. “Tadi saya menyuruh teman saya untuk menekan tombol lift dan bukannya menyuruh Anda untuk tiarap di lantai lift,” kata seorang yang bertubuh sedang.

Ia merapatkan bibirnya berusaha untuk tidak tertawa. Wanita itu berpikir , “Ya Tuhan, betapa malunya saya. Bagaimana saya harus meminta maaf kepada mereka karena saya menyangka mereka akan merampokku.” Mereka bertiga mengumpulkan kembali koin-koin itu ke dalam keranjangnya.

Ketika lift tiba di lantai yang dituju wanita itu, mereka berniat untuk mengantar wanita itu ke kamarnya karena mereka khawatir wanita itu tidak kuat berjalan di sepanjang koridor. Sesampainya di depan pintu kamar, kedua pria itu mengucapkan selamat malam, dan wanita itu mendengar kedua pria itu tertawa sepuas-puasnya sepanjang jalan kembali ke lift.

Wanita itu kemudian berdandan dan menemui suaminya untuk makan malam.

Esok paginya bunga mawar dikirim ke kamar wanita itu, dan di setiap kuntum bunga mawar tersebut terdapat lipatan uang sepuluh dolar.

Pada kartunya tertulis: “Terima kasih atas tawa terbaik yang pernah kita lakukan selama ini.”

Tertanda:
> Eddie Murphy
> Michael Jordan

Lapangkanlah Hati

Kamis, 23 September 2010

Pada suatu hari ada seorang pemuda datang kepada seorang kakek-kakek. Kata seorang pemuda tersebut “Pak, tolong beri saran ke saya pak. Saya baru punya masalah besar”. Kemudian kakek tadi mengambil segelas air putih dan dimasukkannya segenggam garam ke gelas tadi kemudian pemuda tadi suruh meminumnya. Dimuntahkannya dari mulut pemuda tadi karena rasa yang begitu asin.

Kemudian seorang kakek tadi mengajak pemuda ke suatu telaga dan dimasukkan segenggam garam ke telaga kemudian dengan ranting pohon kering diaduknya air telaga tersebut. Pemuda itu pun disuruh untuk meminum seteguk air telaga tadi. “Bagaimana rasanya Nak ..??”, tanya kakek. “Segar Pak”, jawabnya. Nah, jadi begini nak, setiap orang mempuyai permasalahan dalam hidupnya. Masalah ini bagai segenggam garam tadi, gelas dan telaga ini bagai hati kita masing-masing. Ketika tadi dimasukkan garam ke segelas air maka akan terasa asin dan tidak enak. Akan tetapi ketiga segenggam garam yang sama dimasukkan ke dalam telaga yang luas, maka rasa garam tadi tidak begitu terasa, kesegaran air telaga-lah yang kau rasakan.

Jadi ketika kamu mendapatkan sebuah permasalahan dan sebuah ujian, janganlah kamu menyempitkan hati dan pikiran kamu sehingga masalah itu malah benar-benar terasa membebani dan kamu takkan pernah bisa menyelesaikannya dengan kondisi yang seperti itu. Jadikanlah hatimu itu lapang bak telaga tadi. Dan yakinlah bawasannya Allah tidak akan membebani manusia di luar batas kemampuannya.




Operator Telepon

Rabu, 25 Agustus 2010




Waktu saya masih amat kecil, ayah sudah memiliki telepon di rumah kami. Inilah telepon masa awal, warnanya hitam, di tempelkan di dinding, dan kalau mau menghubungi operator, kita harus memutar sebuah putaran dan minta disambungkan dengan nomor telepon lain. Sang operator akan menghubungkan secara manual.


Dalam waktu singkat, saya menemukan bahwa, kalau putaran di putar, sebuah suara yang ramah, manis, akan berkata : “Operator”. Dan si operator ini maha tahu.


Ia tahu semua nomor telepon orang lain.

Ia tahu nomor telepon restoran, rumah sakit, bahkan nomor telepon toko kue di ujung kota.


Pengalaman pertama dengan sang operator terjadi waktu tidak ada seorangpun dirumah, dan jempol kiri saya terjepit pintu. Saya berputar putar kesakitan dan memasukkan jempol ini kedalam mulut tatkala saya ingat …. Operator!!!


Segera saya putar bidai pemutar dan menanti suaranya.

” Disini operator…”

” Jempol saya kejepit pintu…” kata saya sambil menangis. Kini emosi bisa meluap, karena ada yang mendengarkan.

” Apakah ibumu ada di rumah ? ” tanyanya.

” Tidak ada orang “

” Apakah jempolmu berdarah ?”

” Tidak , cuma warnanya merah, dan sakiiit sekali “

” Bisakah kamu membuka lemari es? ” tanyanya.

” Bisa, naik di bangku. “

” Ambillah sepotong es dan tempelkan pada jempolmu…”


Sejak saat itu saya selalu menelpon operator kalau perlu sesuatu.


Waktu tidak bisa menjawab pertanyaan ilmu bumi, apa nama ibu kota sebuah Negara, tanya tentang matematik. Ia juga menjelaskan bahwa tupai yang saya tangkap untuk dijadikan binatang peliharaan, makannya kacang atau buah.


Suatu hari, burung peliharaan saya mati.

Saya telpon sang operator dan melaporkan berita duka cita ini.


Ia mendengarkan semua keluhan, kemudian mengutarakan kata kata hiburan yang biasa diutarakan orang dewasa untuk anak kecil yang sedang sedih. Tapi rasa belasungkawa saya terlalu besar. Saya tanya : ”Kenapa burung yang pintar menyanyi dan menimbulkan sukacita sekarang tergeletak tidak bergerak di kandangnya ?”


Ia berkata pelan : ”Karena ia sekarang menyanyi di dunia lain…” Kata – kata ini tidak tau bagaimana bisa menenangkan saya.


Lain kali saya telpon dia lagi.

”Disini operator “

”Bagaimana mengeja kata kukuruyuk?”


Kejadian ini berlangsung sampai saya berusia 9 tahun. Kami sekeluarga kemudian pindah kota lain. Saya sangat kehilangan ”Disini operator“


Saya tumbuh jadi remaja, kemudian anak muda, dan kenangan masa kecil selalu saya nikmati. Betapa sabarnya wanita ini. Betapa penuh pengertian dan mau meladeni anak kecil.


Beberapa tahun kemudian, saat jadi mahasiswa, saya studi trip ke kota asal.

Segera sesudah saya tiba, saya menelpon kantor telepon, dan minta bagian operator"
”Disini operator“

Suara yang sama. Ramah tamah yang sama.

Saya tanya : ”Bisa ngga eja kata kukuruyuk“

Hening sebentar. Kemudian ada pertanyaan : “Jempolmu yang kejepit pintu sudah sembuh kan ?”

Saya tertawa. ”Itu Anda…. Wah waktu berlalu begitu cepat ya“

Saya terangkan juga betapa saya berterima kasih untuk semua pembicaraan waktu masih kecil. Saya selalu menikmatinya.
Ia berkata serius : ”Saya yang menikmati pembicaraan dengan mu. Saya selalu menunggu nunggu kau menelpon“


Saya ceritakan bahwa, ia menempati tempat khusus di hati saya. Saya bertanya apa lain kali boleh menelponnya lagi. ”Tentu, nama saya Saly.“


Tiga bulan kemudian saya balik ke kota asal. Telpon operator. Suara yang sangat beda dan asing. Saya minta bicara dengan operator yang namanya Saly.

Suara itu bertanya ”Apa Anda temannya ?”

”Ya teman sangat lama “

”Maaf untuk kabarkan hal ini, Saly beberapa tahun terakhir bekerja paruh waktu karena sakit sakitan. Ia meninggal lima minggu yang lalu…”


Sebelum saya meletakkan telepon, tiba tiba suara itu bertanya : “Maaf, apakah Anda bernama Paul ?”

“Ya “

”Saly meninggalkan sebuah pesan buat Anda. Dia menulisnya di atas sepotong kertas, sebentar ya…..”

Ia kemudian membacakan pesan Saly :

”Bilang pada Paul, bahwa IA SEKARANG MENYANYI DI DUNIA LAIN… Paul akan mengerti kata kata ini….”


Saya meletakkan gagang telepon. Saya tahu apa yang Saly maksudkan.



Ada sebuah pelajaran yang bisa diambil dari kisah tersebut,
"Jangan sekali sekali mengabaikan, bagaimana Anda menyentuh hidup orang lain."

Dua Serigala

Senin, 23 Agustus 2010



Ada 2 ekor serigala di hutan Rimba yaitu Serigala A dan Serigala B. Suatu hari Serigala B menantang Serigala A untuk menangkap seekor Kelinci yang sedang makan wortel, tidak jauh dari tempat mereka berdiri,

“Ayo Serigala A, kamu bisa tidak tangkap kelinci itu?” tanya serigala B. Namun Serigala A tidak menjawab, melainkan dia hanya tersenyum.

Lalu dengan angkuhnya Serigala B berkata lagi, “Menangkap Kelinci seperti itu adalah pekerjaan yang sangat gampang. Akan kutunjukkan padamu. Hahahaha..!!”, dan dengan sigap Serigala B itupun melompat ke arah Kelinci tersebut, dan berlari mengejarnya.

Sedangkan Kelinci yang melihat Serigala itu, langsung lari terbirit-birit ketakutan, tanpa pikir panjang wortel yang masih dikunyahnya di lemparkan ke arah Serigala tersebut,

“DUAAAKK!!” begitu suaranya..

Karena Serigala adalah binatang yang kuat, maka wortel kecil yang mengenai kepalanya tidak terasa sama sekali, Serigala tersebut tetap mengejar Kelinci itu, 1 menit.. 2 menit.. 3 menit… sampai 5 menit..

Serigala itu belum dapat menangkap Kelinci itu, karena Kelinci itu larinya lebih kencang. Serigala itupun kelelahan, dan menghentikan pengejarannya.

Dengan perasaan yang sangat malu, dia menunduk berjalan dan kembali ke temannya Serigala A.

Setelah sampai di tempat serigala A, maka serigala A itupun bertanya, “Bagaimana? Apakah kamu bisa menangkapnya?” tanya Serigala A, lalu Serigala B hanya menggeleng-gelengkan kepalanya yang masih tertunduk.

Serigala A lalu melanjutkan perkataanya : “Kamu tahu, kenapa kamu tidak bisa menangkap Kelinci itu? Kamu kalah, karena kamu tidak serius. Kamu berlari mengejar Kelinci hanya untuk pamer saja, sedangkan Kelinci itu berlari untuk nyawanya.”

Mungkin kita tertawa mendengar cerita ini, betapa bodohnya seekor Serigala yang seharusnya dapat berlari sangat kencang, tetapi tidak dapat menangkap seekor kelinci.

Tapi, kita dapat mengambil pelajaran dari serigala tersebut, untuk orang yang sudah bekerja, mungkin Anda merasa, Anda sangat lelah, Anda capai dengan pekerjaan Anda, Anda merasa bosan, Anda merasa tidak ada kemajuan sama sekali dalam pekerjaan Anda, Itu dikarenakan karena Anda tidak serius dengan pekerjaan Anda. Cobalah pikirkan kembali, apakah tujuan sebenarnya Anda bekerja? Apakah pekerjaan Anda yang sekarang sudah cocok dengan bidang Anda? Terkadang ada orang yang bekerja, karena tuntutan orang tua agar mencari uang sendiri, atau kadang juga ada orang yang bekerja, karena mereka merasa ‘harus’ bekerja untuk membantu orang tua mereka menghidupi keluarganya, atau ada juga orang yang bekerja karena untuk dapat pamer pada teman-temannya, pada sanak saudara, bahwa dia sudah bekerja.

Memang bekerja tidaklah salah, tapi jika pekerjaan itu dilakukan dengan tidak serius atau ‘separuh hati’ maka Anda akan merasa bosan, merasa malas untuk bekerja, tidak ada gairah. Lain halnya jika Anda bekerja, karena Anda benar-benar menyukai pekerjaan tersebut dan sesuai dengan bidang Anda, Anda akan enggan berhenti bekerja untuk beristirahat, setiap pagi Anda akan selalu terbangun dengan wajah yang berseri-seri.

Jadi, apakah tujuan Anda bekerja? Jawaban ada di tangan Anda.
kamera digital